Langsung ke konten utama

Postingan

Betrayed | Shtblings

 Prolog Di usia senja, Ani kembali ke rumah tua itu, bukan untuk bernostalgia, melainkan untuk menyaksikan bagaimana warisan mengubah adiknya, Ikin, menjadi orang asing. Rumah itu berdiri dengan pongah, meski catnya mengelupas seperti kulit ari luka lama yang belum sembuh.  Di balik jendela-jendela yang berderit, bayangan masa lalu menari-nari, membawa serta kenangan pahit dan manis yang kini terasa seperti mimpi buruk.  Ani, dengan rambutnya yang sudah memutih bagai kapas di ladang yang ditinggalkan, menatap Ikin dengan tatapan kecewa.  Dulu, mereka adalah saudara yang saling melindungi di bawah langit desa yang sama. Sekarang, Ikin berdiri di hadapannya, matanya berkilat bagai koin emas di dasar sumur yang gelap, menggandeng istrinya yang licik, Titi, yang selalu berbisik tentang harta dan kekuasaan seperti ular yang merayu mangsanya.   Wasiat Duni adalah bom waktu yang meledak di tengah keluarga mereka, serpihannya menghambur ke segala arah, melukai hati yang...
Postingan terbaru

Puisi || Rindu Di ujung Hening

  Ibu, di mana kau kini bersemayam? Di antara bintang yang bersinar di malam? Kehadiranmu, meski tak lagi di sisi, masih terasa hangat dalam sunyi ini. Aku merindukan sentuh lembut tanganmu, aroma kasih yang melekat dalam setiap peluk. Kini hanya ada hening yang menemani, namun cintamu abadi, takkan pernah pergi. Wajahmu terlukis di balik mataku terpejam, doamu masih terdengar dalam hati yang diam. Ibu, meski kita kini berbeda alam, rindu ini tak lekang, tak pernah padam. Setiap doa kupanjatkan untukmu, agar damai menyelimutimu selalu. Ibu, bintang paling terang di langit malam, kau hidup di sini, di dalam setiap hembusan napas yang tenang.

DEAR || PART. 10♡

Barisan buku yang semula tertata rapi di rak nya, kini berserakan entah bagaimana posisinya. Sang pemilik rumah yang baru pulang, mengetahui itu tentu saja dibuat terkejut. "Hey, apa yang sedang kau lakukan dengan rumahku?" Tegur Brian. "Jangan khawatirkan ini, aku akan segera merapikannya" Jawab pria yang masih serius dengan kegiatannya memberantaki ruangan orang lain itu. "Apa yang sedang kau cari?" "Ah, aku yakin banget deh, kalau aku meninggalkannya disini, apa kau tidak melihatnya?"  pria itu memastikan sekali lagi tempat yang ia yakini sebagai pusat peninggalan barangnya. "Lihat apa, buku? Yang warna nya pink?" "Hooh, kau melihatnya? dimana itu sekarang?" "Sudah aku berikan kepada pemiliknya tadi siang" Sontak saja, si pria segera menarik napas, menahan perasaan kesalnya. "Kau tidak suka?" Brian terheran. "Tidak, aku baru akan mengembalikan itu padanya" "Kapan? Hari ini? Bes...

♡DEAR || PART.9 ♡

Tak ada kesan yang berharga, terlebih saat kamu tidak ada. Jadi saat ini, aku anggap itu sangat berharga, meski kita sudah tak senada. "Tampaknya kau mulai nyaman dengan tempat ini, kau bahkan selalu menolak kunjungan dariku. Tapi kali ini tiba tiba kau menerimanya, jadi aku merasa sangat terhormat" Ujar Jane, kepada sosok narapidana didepannya yang kini tubuhnya tengah terhalangi oleh jendela besi. "Bang Taby mengatakan padaku, katanya kesehatanmu sedang menurun. Jadi aku kemari untuk melihatnya. Aku juga membuatkan banyak makanan. makanlah, kau harus memliki energi untuk bisa tetap bertahan, paling tidak selama beberapa hari kedepan" Lagi, Jane menawarinya beberapa kotak makanan yang telah ia serahkan kepada asisten sipir. Namun pria itu tak berdehem sedikitpun. Hanya murung sambil memandangi kosong objek di depannya. "Jadi begini ya, potret aku selama beberapa hari kebelakang di mata teman temanku, memang terlihat menyedihkan. Pantas kala...

DEAR || PART.8 ♡

Jikalau waktu bisa diputar ulang, aku pasti akan memilih untuk kembali ke masa,  Dimana ketika kamu berusaha untuk membuat aku pergi dari pikiranmu oleh sebuah pilihan.  Seharusnya aku berpura pura tidak mendengarnya saja hari itu. Sungguh, aku benar benar tidak tau kalau ternyata akan menjadi sekesepian dan sekehilangan seperti sekarang. Kamu tau? Hari menjadi lebih lama dan aku semakin tidak memiliki ketertarikan dengan apapun lagi.  Setelah semuanya berakhir, aku hanya memiliki kamu saat itu. Aku juga berharap hanya kamulah yang bertahan berada disisiku. Tapi kenapa? kamu lebih memilih pergi dan meninggalkan semua kenangan berharga kita. Kenapa? Setelah aku aku menyadarinya semua terasa sesingkat itu. Bisakah? Bisakah, aku berharap tentang sebuah ketidakmungkinan. Berharap kamu kembali kepadaku. Apa aku terdengar sangat egois? Bisakah kita pergi bersama sama saja?. Kira kira begitulah isi dari halaman terakhir yang pernah Jane tulis pada buku ha...

DEAR || Part. 7

  Acara makan makan Brian dengan rekan kerjanya hari ini telah usai, ia juga sempat mengatakan akan pulang belakangan untuk sebuah urusan dengan seseorang. Ya, siapa lagi kalau bukan dengan Jane. Setelah sekian lama akhirnya Brian bisa meluapkan perasaan rindunya terhadap wajah menyebalkan yang sudah lama tidak ia temui itu.  Masih ditempat yang sama Jane,  tampak menemani dengan terpaksa Brian yang masih belum menyelesaikan sisa makanannya. “Wah— kau telah banyak berubah sekarang, sudah lama sekali rasanya aku tidak melihat wajah ini, sedekat ini!” Kata Brian. “Aku juga telah melihat banyak bantalan di tubuhmu, kau tampak seperti orang yang berbeda” timpal Jane. “Berhati hatilah saat kau bicara denganku, aku seorang polisi sekarang” “Apakah jika membuat seorang polisi kesal, aku akan masuk penjara?” “Satu hal yang tidak berubah darimu, lihatlah saat kau berbicara denganku!! Apakah aku sedang deja vu sekarang?” “Jika tidak ada hal yang penting untuk dibicaraka...

DEAR || Part. 6

  ••Kita berada dibawah langit yang sama, tapi kita tidak bisa bertemu•• Restaurant yang tadinya ramai oleh aksi para pelayan yang sedang berceloteh sambil malas malasan, kini berubah senyap saat segerombolan pria gagah berseragam kepolisian masuk ke dalam ruangan dengan wajah garang. Tentu saja mereka yang saat itu tengah disana, langsung mengubah posisinya karena panik. “Apakah kau tidak menyelundupkan sesuatu atau sejenisnya seperti sesuatu yang terlarang, begitu?” Tuduh Envil sambil membisik ke telinga Haruto. “Hah? Tidak?” Pria muda itu menggeleng tak mengerti, sontak saja Karina yang sebal atas tuduhan Envil, dengan sigap membelanya. “Kau sedang menuduhnya?” “Bukan begitu, hanya saja dia terlihat sangat pendiam dan seakan membuat orang lain harus menaruh rasa curiga padanya” “Orang lain siapa? Aku tidak merasa begitu, memang apa salahnya jika dia adalah orang yang sangat pendiam. Dia juga tidak pernah berkelakuan aneh aneh kok selama disini” Kata Karina. “Lihat saja para poli...